BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran
merupakan suatu proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman
informasi dari satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Komunikasi
dikatakan efektif apabila komunikasi yang
terjadi menimbulkan arus informasi dua arah, yaitu dengan munculnya feedback
dari pihak penerima pesan.
Kualitas
pembelajaran dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikasi yang terjadi di
dalamnya. Komunikasi efektif dalam pembelajaran merupakan proses transformasi
pesan berupa ilmu pengetahuan dan teknologi dari pendidik kepada peserta didik,
dimana peserta didik mampu memahami maksud pesan sesuai dengan tujuan yang
telah ditentukan, sehingga menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
menimbulkan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik. Pengajar adalah pihak
yang paling bertanggungjawab terhadap berlangsungnya komunikasi yang efektif
dalam pembelajaran, sehingga dosen sebagai pengajar dituntut memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik agar menghasilkan proses pembelajaran yang efektif.
Oleh karena itu dalam makalah
ini kami akan memaparkan makalah dengan judul “Teknik-Teknik Komunikasi dalam
Pendidikan.”
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Apa yang
dimaksud Teknik-Teknik Komunikasi pendidikan ?
2.
Apa prinsip-prinsip komunikasi dalam
pendidikan ?
BAB
II
PEMBAHASAN
TEKNIK
DAN PRINSIP KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
2.1
TEKNIK-TEKNIK
KOMUNIKASI PENDIDIKAN
Menurut Uchyana (1984) teknik komunikasi terdiri atas:
1.
Komunikasi informatif
Suatu pesan yang disampaikan pada seseorang
atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang
diketahuinya.
2.
Komunikasi persuasif
Proses
mempengaruhi sikap, pandangan atau perilaku seseorang dalam bentuk kegiatan
membujuk,
mengajak sehingga ia melakukan dengan kesadaran hati.
3.
Komunikasi instruktif
Komunikasi yang engandung ancaman, sangsi dan
lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasarna
melakukan sesuatu secara terpaksa, karena takut akibatnya.
Pendidik memiliki tanggung jawab penuh atas pengelolaan proses belajar
mengajar. Adapun yang menjadi fokus sasarannya adalah unsur-unsur dari proses
belajar-mengajar dan menjadikan seefektif mungkin dan seoptimal mungkin unsur-unsur
tersebut. Agar keadaan ini dapat terlaksana sesuai dengan yang diharapkan, maka
ada dua kegiatan pokok yang harus dilaksanakan oleh para guru, yaitu:
1. Mempersiapkan diri dan unsur-unsur lainnya yang akan
dilibatkan dalam proses belajar-mengajar.
2. Mengoperasikan hal-hal yang sudah dipersiapkan dengan
memperhatikan variasi dan pengembangan
seperlunya, utamanya perhatian terhadap
metode pembelajaran.
Atas dasar pemikiran tersebut, maka
pada bagian ini pengelolaan proses belajar mengajar akan ditinjau dari dua
pendekatan, yaitu pendekatan konseptual dan pendekatan operasional. Dua
pendekatan ini sebenarnya saling berhubungan dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran secara optimal.
a.
Pendekatan Konseptual
Pengelolaan kelas dalam proses
belajar-mengajar dengan pendekatan konseptual adalah kegiatan pengelolaan yang
berkaitan dengan penyususnan rancangan belajarmengajar (pembelajaran). Proses
pembelajaran adalah kegiatan yang berlangsung di kelas dengan sasaran utamanya
adalah pengoperasian tujuan-tujuan pembelajaran. Rancangan pembelajaran
tersebut semestinya terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan pembelajaran
(intrsuksional), Kegiatan belajar mengajar dan penilaian.
Langkah pertama adalah rumusan
tujuan instruksional dalam Tujuan khusus pembelajaran sebagai penjabaran dari
rumusan tujuan umum pembelajaran. Langkah kedua adalah kegiatan belajar
mengajar atau sering disebut dengan proses belajar mengajar. Langkah ini
dilakuan dalam tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti pembelajaran dan
penutup.Rincian ini tentunya disesuaikan dengan durasi waktu yang ada dalam
tiap pertemuan.
Nana (1989:147-148) menyebutkan “secara umum ada tiga
tahapan dalam strategi pembelajaran yaitu tahap pemula (prainstruksional),
tahap penyampaian (instruksional) dan tahap penilaian dan tindak lanjut.”
Pada tahap pertama
(prainstruksional) ada beberapa hal yang memerlukan rancangan. Tahap awal dari
proses belajar mengajar, berfungsi mengarahkan siswa mengikut proses belajar
mengajar yang sebenarnya. Rancangan pembelajaran pada tahap ini mengungkapkan
kembali pengalaman, perilaku awal (entering behavior) dan kebutuhan siswa yang
berhubungan dengan minat, bakat dan lingkungan di mana siswa itu berada.
Tahap kedua (instruksional)
adalah tahap inti dalam kegiatan belajar, berupa penyajian materi pelajaran
yang diarahkan kepada pencapaian tujuan instruksional khusus secara optimal.
Tahap kedua ini melputi: merumuskan tujuan instruksional khusus dengan
memperhatikan kurikulum, kemampuan siswa. Kualitas rancangan tujuan
instruksional khusus didasarkan pada minat, bakat, dan kebutuhan yang mendasar
dari siswa yang berkaitan dengan dimana siswa itu berada.Di samping itu materi
pelajaran, media, metode, sumber belajar dan waktu dirancang untuk mencapai
tujuan pembelajaran.Agar rancangan komponen-komponen tersebut memiliki daya
guna yang tinggi terhadap pencapaian tujuan, maka pilihan dan penetapan
komponenkomponen tersebut disesuakan dengan karakteristik tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan pembelajaran merupakan titk sentral dalam menentukan
komponen-komponen pembelajran lainnya yang akan dilibatkan dalam penyajian
materi pembelajaran.
Tahap ketiga (penilaian dan
tindak lanjut) dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
kegiatan komunikasi instruksional.Kegiatan yang sering dilakukan pada tahap ini
adalah menilai siswa melalui tes lisan, tulisan dan mungkin dirancang berdasarkan
tujuan yang telah ditentukan.Bagi siswa yang belum memenuhi kriteria pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan hendaknya disiapkan rancangan khusus bagi mereka
seta rancangan penilaian atau tugas-tugas tetentu yang berfungsi sebagai tes
lisan ataupun tes tertulis.
b.
Pendekatan Operasional
Tindak lanjut dari pendekatan
konseptual dalam proses belajar mengajar adalah pengoperasin rancangan
pembelajaran dalam bentuk kegiatan nyata di dalam kelas. Rancangan tersebut
biasanya berisi hal-hal yang mendasar sebagai pedoman atau pegangan bagi para
guru. Penerapannya dalam proses belajar memerlukan pengembangan baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif. Pengembangan ini diarahkan kepada seluruh
komponen-komponen pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar tidak
berlangsung monoton dan membosankan.
2.2 PRINSIP-PRINSIP
KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN
Prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya
fungsi dan definisi komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan
konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar.Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut
asumsi-asumsi komunikasi.Larry A.Samovar
dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi.Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru
yaitu prinsip-prinsip komunikasi.
Terdapat
12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari
definisi dan hakekat komunikasi yaitu :
1)
Komunikasi adalah suatu proses simbolik
Komunikasi adalah
sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik,
tetapi terus berkelanjutan.Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti
dikatakan Susanne K. Lenger, adalah
kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang.Ernst Cassirer mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk
lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum.
Lambang atau symbol adalah sesuatu yang
digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang lainnya, berdasarkan kesepakatan
sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non-verbal, dan
objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya memasang bendera dihalaman
rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan kepada negara.
Lambang
adalah salah satu kategori tanda.Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga
direpresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan
kesepakatan.Ikon adalah suatu benda
fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya.
Representasi ini ditandai dengan kemiripan.Misalnya patung Soekarno adalah ikon
Soekarno, dan foto pada KTP Anda adalah ikon Anda.
Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah tanda yang secara alamiah
mempresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk indeks
adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga
gejala (symptom). Indeks muncul berdasarkan hubunagn antara sebab dan
akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan
yang akan turun, sedangkan asap itu disepakati sebagai tanda bagi masyarakat
untuk berkumpul misalnya, seperti dalam dalam kasus suku primitif, maka asap
menjadi lambang karena maknanya telah disepakati bersama.
2)
Setiap Perilaku Mempunyai Potensi
Komunikasi
Setiap orang tidak
bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan
sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat
dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal)
seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus.
Kita tidak dapat berkomunikasi.Tidak berarti bahwa semua perilaku
adalah komunikasi. Alih-alih, komunikasi terjadi bila seseorang memberi makna
pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri.
Cobalah Anda minta
seseorang untuk tidak berkomunikasi.Amat sulit baginya untuk berbuat demikian,
karena setiap perilakunya punya potensi untuk ditafsirkan. Kalau kita
tersemyum, ia ditafsirkan bahagia, kalau ia cemberut ia ditafsirkan ngambek.
Bahkan ketika kita berdiam diri selalipun, kita mengundurkan diri dari
komunikasi dan lalu menyadari, seberapa kita berkomunikasi banyak pesan.
3)
Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan
komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut kita bisa
memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan
proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan
mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.
Dimensi isi disandi secara verbal, sementara dimensi hubungan
disandi secara non verbal. Dimensi isi menunjukkan muatan isi komunikasi, yaitu
apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya
yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan para peserta komunikasi itu dan
bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan. Dalam komunikasi massa, dimensi isi
merujuk pada isi pesan, sedangaka dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur
lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan
tersebut.
Pengaruh
suatu berita atau artikel dalam surat kabar misalnya, bukan hanya bergantung
pada isinya, namun juga siapa penulisnya, tata letak (lay-out)-nya, jenis huruf
yang digunakan, warna tulisan dan sebagainya. Pesan yang sama dapat menimbulkan
pengaruh berbeda bila disampaikan orang berbeda. Biasanya artikel yang ditulis
orang yang sudah dikenal akan dianggap lebih berbobot bila dibandingkan dengan
tulisan orang yang belum dikenal. Bila dimengerti maka redaktur surat kabar
atau majalh akan lebih memprioritaskan tulisan orang-orang yang sudah dikenal
sebelumnya.
4)
Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai
tingkat kesengajaan
Setiap tindakan
komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan
(apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci
dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak
komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).
Komunikasi dilakukan
dalam berbagai tingkat kesenjangan, dari komunikasi yang tidak disengaja sama
sekali hingga komunikasi yang benar-benar direncanakan dan disadari.
Kesenjangan bukanlah syarat untuk terjadinya komunikasi. Meskipun kita sama
sekali tidak bermaksud menyampaikan pesan kepada orang lain, perilaku kita
potensial ditafsirkan orang lain. Kita tidak dapat mengendalikan orang lain
untuk menafsirkan atau tidak menafsirkan perilaku kita. Membatasi komunikasi
sebagai proses yang disengaja adalah menganggap komunikasi sebagai instrument seperti dalam
persuasi.
Niat
atau kesengajaan bukanlah syarat mutlak bagi seseorang untuk
berkomunikasi.Dalam komunikasi antara orang-orang berbeda budaya
ketidaksengajaan berkomunikasi ini lebih relevan lagi untuk kita perhatikan.
Banyak kesalahpahaman antarbudaya sebenarnya disebabkan oleh perilaku seseorang
yang tidak disengaja yang dipersepsi, ditafsirkan, dan direspons oleh orang
lain dari budaya lain. Misalkan dalam tindakan menyentuh wanita di Arab Saudi
yang diperkenalkan kepada Anda, yang sebenarnya tidak Anda sengaja, dapat
menyampaiakn pesan negatif yang menghambat pertemuan tersebut.
5)
Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan
waktu
Pesan komunikasi yang
dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal
disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada
siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Makna
pesan juga bergantung pada konteks fisik dan ruang (termasuk iklim, suhu,
intensitas cahaya, dan sebagainya), waktu, sosial dan psikologis. Topik-topik
yang lazim dipercakapkan di rumah, tempat kerja, atau tempat hiburan seperti
“lelucon,” “ acara televisi,” “mobil,” “bisnis,” atau “perdagangan” terasa
kurang sopan bila dikemukakan dimasjid
Waktu
juga mempengaruhi makna terhadap suatu pesan. Dering telepon pada tengah malam
atau dini hari akan dipersepsi lain bila dibandingkan dengan dering telpon pada
siang hari.Dering telepon pertama itu mungkin berita sangat penting (darurat),
misalnya untuk mengabarkan orang sakit, kecelakaan atau meninggal dunia atau
upaya orang jahat untuk mengetes apakah dirumah ada orang atau tidak.
6)
Komunikasi Melibatkan Prediksi Peserta
Komunikasi
Tidak dapat
dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku
di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak
penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang
tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang
menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.
Ketika orang-orang
berkomunikasi, mereka meramalkan efek perilaku komunikasi mereka. Dengan kata
lain, komunikasi juga terikat oleh aturan tatakrama. Artinya, orang-orang
memilih strategi tertentu berdasrkan bagaimana orang yang menerima pesan akan
merespon. Prediksi ini tidak selalu disadari, dan sering berlangsung cepat.Kita dapat
memprediksi perilaku komunikasi orang lain berdasarkan peran sosialnya.
7)
Komunikasi Itu Bersifat Sistemik
Dalam diri setiap
orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya,
nilai, adat, pengalaman dan pendidikan.Bagaimana seseorang berkomunikasi
dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut.Sisi internal seperti
lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi
bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
Setiap individu adalah
suatu sistem yang hidup.Organ-organ dalam tubuh kita saling
berhubungan.Kerusakan pada mata dapat membuat kepala kita pusing.Bahkan unsure
diri kita yang bersifat jasmani juga berhubungan dengan unsure kita yang
bersifat rohani. Setidaknya dua sistem dasar beroperasi dalam transaksi
komunikasi itu: Sistem Internal dan Sistem Eksternal. Sistem internal adalah seluruh
sistem nilai yang dibawa oleh individu ketika ia berpartisipasi dalam
komunikasi yang ia cerap selama sosialisasinya dalam berbagai lingkungan
sosialnya (keluarga, masyarakat,setempat, kelompok suku, kelompok agama,
lembaga pendidikan, kelompok sebaya, tempat kerja, dan sebagainya).
Berbeda
dengan sistem internal, sistem eksteernal terdiri dari unsur-unsur dalam
lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara,
isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekitarnya, penataan ruangan,
cahaya, dan temperatur ruangan. Elemen-elemen ini adalah stimuli publik yang
terbuka bagi setiap peserta komunikasi dalam setiap transaksi komunikasi.
8)
Semakin Mirip Latar Belakang Sosial Budaya
Semakin Efektiflah Komunikasi
Jika dua orang
melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka
ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling
dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol
yang saling dipertukarkan.
Komunikasi
yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai dengan harapan para
pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi). Dalam kenyataannya, tidak
pernah ada dua manusia yang persis sama, meskupun mereka kembar yang dilahirkan
dan diasuh dalam keluarga yangsama, diberi makanan yang sama dan di didik
dengan cara yang sama. Namun adanya kesamaan sekali lagi akan mendorong
orang-orang untuk saling tertarik dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut
komunikasi mereka menjadi lebih efektif.
9)
Komunikasi Bersifat Nonsekuensial
Proses komunikasi
bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon
atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan
dimengerti.
10) Komunikasi
bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi dari
prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara
pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
Seperti juga waktu dan
eksistensi, komunikasi tidak mempunyai awal dan akhir, melainkan merupakan
proses yang sinambung. Bahkan kejadian yang sangat sederhana pun melibatkan
rangkaian kejadian yang rumit bila diperdengar memenuhi permintaan
tersebut.implimintasi dalam proses komunikasi sebagai proses yang dinamis dan
transaksional adalah bahwa peserta komunikasi berubah pengetahuan hingga
berubah pandangan.
11) Komunikasi
Bersifat Irreversible
Setiap orang yang
melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap
efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat
ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek
sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut.
12) Komunikasi
Bukan Panasea Untuk Menyelesaikan Berbagai Masalah
Dalam arti bahwa komunikasi bukan
satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.Banyak persoalan dan konflik antar manusia
disebabkan oleh masaalh komunikasi.Namun komunikasi bukanlah panasea (obat
mujrab) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena konflik atau
persoalan tersebut mungkin berkaitan denagn masalah struktural.
2.2.1
Prinsip Komunikasi
Efektif dalam Meningkatkan Minat
Belajar Anak
1)
Guru
memberikan kebebasan anak untuk berkreasi, anak terpacu untuk membuat karya
unik
2)
Guru
menerima berbagai jawaban anak terhadap pertanyaan tertentu, anak belajar
berpikir luas
3)
Guru
menerangkan materi dengan sudut pandang yang unik, anak terpacu rasa ingin tahu
4) Guru
memberikan penjelasan awal secara jelas sebelum anak memulai pekerjaannya, anak
mendapat pengetahuan awal secara efektif.
5)
Guru
menggunakan alat peraga, anak mempunyai modal pengetahuan awal yang lebih
terbayang
6) Guru
menerangkan dengan eksperimen, anak terpacu rasa ingin tahunya dan belajar
mengamati terjadinya suatu fenomena
7) Guru
memberikan ulasan dan kesimpulan terhadap apa yang dikerjakan anak, anak
memahami maksud pekerjaan dan berpikir secara utuh
8) Guru
mengaitkan isi cerita dengan fenomena yang pernah dilihat anak, anak belajar
berpikir mengaitkan satu hal dengan hal lain.
9) Guru
memberikan kesempatan anak untuk bercerita, anak belajar mengungkapkan gagasan
secara lebih terstruktur
10) Guru membimbing anak tampil didepan forum,
anak belajar berani berkreasi didepan orang banyak
11) Guru melakukan pendampingan secara pribadi
kepada anak, anak memiliki keamanan psikologis untuk berkreasi
12) Guru melayani pertanyaan-pertanyaan anak,
anak nyaman untuk berpendapat dan terpuaskan rasa ingin tahunya
13) Guru memberikan kesempatan kepada anak
untuk mencoba lagi, anak belajar menyelesaikan pekerjaan dengan berbagai
inovasi baru
14) Guru menjalin kedekatan, anak memiliki
rasa aman secara psikologis untuk berkreasi
15) Guru melibatkan anak secara efektif dalam
belajar, anak merasa ikut memiliki dan tumbuh minat belajarnya
16) Guru melibatkan diri dalam kegiatan anak,
anak lebih bersemangat dalam berkreasi
17) Guru menciptakan suasana menyenangkan,
anak menyenagi materi dan memiliki kepuasan pribadi dalam berkreasi
18) Guru menciptakan suasana bersemangat dalam
belajar, anak lebih bermotivasi.
2.2.2
Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif
a.
Prinsip
pertama : respect
Prinsip
pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai
setiap individu yang akan menjadi sasaran pesan yang di sampaikan. Guru
dituntut dapat memahami bahwa ia harus bisa menghargai setiap siswa yang
dihadapinya. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan prinsip yang
pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain karena pada prinsipnya manusia
ingin dihargai dan dianggap penting. Membangun komunikasi dengan rasa dan sikap
saling menghargai dan menghormati akan dapat membangun kerjasama yang
menghasilkan sinergi yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja guru baik
sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai tim.
Salah
satu prinsip paling dalam sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk
dihargai.Penghargaan terhadap individu adalah suatu kebutuhan yang harus
dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak
tergoyahkan sehingga setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati
tersebut akan menggenggam orang dalam telapak tangannya. Selain itu penghargaan
yang tulus terhadap individu dapat membangkitkan antusiasme dan mendorong orang
lain melakukan hal–hal terbaik. Guru yang memberikan penghargaan secara tulus
kepada para murid maka akan dihargai pula oleh muridnya dan menjadikan
proses belajar mengajar menjadi sebuah proses yang menyenangkan bagi semua
pihak.
b.
Prinsip
kedua: emphaty
Empati
adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi
yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap
empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Dengan memahami dan
mendengarkan orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan
kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan
orang lain. Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message)
dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver)
menerimanya. Komunikasi di dunia pendidikan diperlukan saling memahami dan
mengerti keberadaan, perilaku dan keinginan dari siswa. Rasa empati akan
menimbulakan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun
kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun sebuah suasana kondusif
di dalam proses belajar-mengajar. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau
mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon
penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa
ada halangan psikologi atau penolakan dari penerima.
c.
Prinsip
ketiga: audible
Prinsip audible berarti
adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Berbeda dengan prinsip
yang kedua yakni empati dimana guru harus mendengar terlebih dahulu ataupun
mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible adalah
menjamin bahwa pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan
dengan baik. Dalam rangka mencapai hal tersebut maka pesan harus di sampaikan
melalui media (delivery channel)sehingga dapat diterima dengan baik oleh
penerima pesan. Hal itu menuntut kemampuan guru dalam menggunakan berbagai
media maupun perlengkapan atau alat bantu audio-visual yang dapat membantu
supaya pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh para murid.
d.
Prinsip
keempat: clarity
Prinsip clarity adalah
kejelasan dari isi pesan supaya tidak menimbulkan multi interpretasi atau
berbagai macam penafsiran Clarity dapat pula berarti
keterbukaan dan transparasi.Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap
terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat
menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan. Karena tanpa
keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan
semangat dan antusiasme siswa dalam proses belajar-mengajar. Dengan cara
seperti ini siswa tidak akan menganggap lagi proses belajar-mengajar sebagai
formalitas tetapi akan mengganggapnya sebagai sebuah kebutuhan pokok bagi
kehidupannya.
e.
Prinsip
kelima: Humble
Prinsip
kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap
ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa
menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita
miliki. Kerendahan hati merupakan suatu cara agar orang lain merasa nyaman (care)
karena ia merasa sejajar sehingga memudahkan komunikasi dalam dua arah.
Komunikasi
yang efektif dalam proses pembelajaran sangat berdampak terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan. Komunikasi dikatakan efektif apabila terdapat aliran
informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut
sama-sama direspon sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut.Jika dalam
pembelajaran terjadi komunikasi yang efektif antara pengajar dengan siswa, maka
dapat dipastikan bahwa pembelajaran tersebut berhasil.Sehubungan dengan hal
tersebut, maka para pengajar, pendidik, atau instruktur pada lembaga-lembaga
pendidikan atau pelatihan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Kemampuan komunikasi yang dimaksud dapat berupa kemampuan memahami dan
mendesain informasi, memilih dan menggunakan saluran atau media, serta
kemampuan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran
sebagai subset dari proses pendidikan harus mampu memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kualitas pendidikan, yang pada ujungnya akan berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar pembelajaran dapat
mendukung peningkatan mutu pendidikan, maka dalam proses pembelajaran harus
terjadi komunikasi yang efektif, yang mampu memberikan kefahaman mendalam
kepada peserta didik atas pesan atau materi belajar.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Orang yang masih hidup tidak mungkin
akan lepas dari komunika siwa laupun bukan berarti semua perila ku adalah komunikasi,
komunikasi adadimana-mana: di rumah, di kampus, di kantor dan dimasjid; bahkan ias
anggup menyentuh segalaaspek kehidupan kita (Jalaluddin Rakhmat, 1985).
Artinya, hamper seluruh kegiatan manusia, dimanapun adanya, selalu tersentuh oleh
komunikasi. Bidang pendidikan misalnya, tidak bisaberjalantan padukungan
komunikasi, bahkan pendidikanhanya bisaberjalan melalui komunikasi (Jourdan,
1984:74), dengan kata lain, tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan
oleh komunikasi.
Bagaimana mungkin mendidik manusia
tanpa berkomunikasi, mengajar orang tanpa berkomunikasi, atau member kuliyah tanpa berbicara.Semuanyamembutuhkan
komunikasi.
Disamping itu, komunikasi juga berfungsi
mendidik masyarakat, mendidik setiap orang dalam menujupencapaian kedewasaannya
bermand iri.Seseorang bias banyak tahukarena banyakmen engar, banyak membaca,
dan banyak berkomunikasi.
Menurut Uchyana (1984) teknik komunikasi terdiri atas :
1.
Komunikasi informatif
2.
Komunikasi persuasif
3.
Komunikasi instruktif
a.
SARAN
Diharapkan agar mahasiswa khusunya
pendidik dapat lebih mengetahui dan memahami peranan media pendidikan dalam
proses komunikasi pembelajaran yang ada. Sehingga setelah mempelajari
pembahasan ini, kita mampu mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran
untuk mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/12/31/teknik-teknik-dalam-komunikasi-pendidikan/
http://ilmupengetahuan446.blogspot.com/2015/03/prinsip-komunikasi-pembelajaran.html
Program : S.1 Pendidikan Matematika
Mata Kuliah : IPA/IAD
Penyusun : Erni Alfiani
Rita Ningsih
Rini Fatmawati
0 komentar:
Posting Komentar